July 13, 2007

Satu Tahun yang lalu...

Foto: Cologne Cathedral
Tiba-tiba aku ingat, Juni, satu tahun yang lalu, aku mulai tinggal di Bonn, cuma masih sendiri. The Humboldt Foundation baru memberiku kesempatan untuk menjemput keluarga setelah 2 bulan aku mengikuti kursus bahasa Jerman di Goethe Institut, Bonn, dan setelah aku memiliki tempat tinggal tetap yang dianggap memenuhi standar kelayakan untuk sebuah keluarga dengan tiga anak.

Kini, setelah satu tahun berlalu, banyak hal yang telah aku lihat dan aku pelajari dari masyarakat yang relatif menganut nilai-nilai atau budaya berbeda dengan Negeri asalku. Aku sering merenung dan membandingkan, sisi mana yang dari Negeri ini yang patut ditiru, dan sisi mana pula dari Negeriku yang patut aku banggakan.

Tapi, karena niatnya ‘mempelajari’, jadinya aku lebih sering mencari-cari sisi buruk mana yang perlu dibenahi di Negeriku, dan sisi baik mana yang bisa aku bawa pulang dari Negerinya para filsuf ini.

Jujur harus aku bilang, tata kehidupan bermasyarakat di sini jauh lebih teratur, tertib, dan lebih beradab. Hanya satu dua kali aku melihat penyebrang jalan yang menerobos lampu merah, itu pun biasanya karena ia terlihat terburu-buru mengejar jadwal kereta. Umumnya mereka akan menunggu lampu hijau menyala, meski tidak ada kendaraan yang lewat...

Hak-hak dan privasi seseorang pun demikian terjaga, karena setiap orang berusaha keras untuk menghargai dan tidak mengganggu privasi orang lain, karena hanya dengan cara itulah ia akan dihargai orang lain. Jangan harap juga anda bisa bertemu atau bertamu ke rumah orang lain tanpa bikin janji terlebih dahulu; dan jangan coba-coba anda ingkar janji, kalau tidak ingin seumur hidup dicela orang.

Jangankan dengan Negara sendiri, dibanding Negara tetangga di sini, Belanda, pun, penghargaan terhadap privasi orang di Jerman kayaknya jauh lebih baik. Aku ingat waktu menginap di Leiden beberapa waktu lalu, sampai jam 2 pagi tetangga sebelah masih ketawa-ketiwi dengan suara keras.

Di sini, anda boleh besuara keras sebelum jam 22.00 malam, setelah itu, jangan coba-coba kalau tidak ingin menerima pengaduan! Mungkin cuma waktu Piala Dunia 2006 saja Pemerintah Jerman membuat aturan yang memperbolehkan seseorang berteriak di atas jam 22.00 malam, maklum, sebagai Tuan Rumah, saat itu Jerman berhak untuk sering berpesta.

Kriminalitas? Kecelakaan? Tentu juga ada dan terjadi di sini, tapi kadarnya jelas jauh lebih rendah dibanding di Indonesia, apalagi kalau ukurannya Koran Pos Kota di Jakarta, wah…di sini jelas jauh lebih sempurna. Aku rasanya tidak pernah merasa perlu memegang erat dompetku saat naik angkutan umum, meski jalan di malam hari.

Padahal di Indonesia, aku ingat kawanku, Kang Fuad, yang tanga kanan dan kirinya pernah harus bergantian "melindungi" dompet kesayangannya di mikrolet, gara-gara orang di depannya maksa memberikan "pijat gratis", sementara penumpang di sampingnya, yang ternyata konconya, mulai merogoh-rogoh kantong celananya.

“Sedia payung sebelum hujan”, kayaknya pepatah itu sudah secara diterapkan mendekati sempurna di sini, dalam segala urusan, mulai dari anak-anak yang harus mengenakan safety belt tersendiri kalau naik mobil, harus mengenakan helm kalau naik sepeda, dan yang pasti wajib membayar asuransi, baik asuransi kesehatan maupun jiwa.

Ah, masih banyak yang aku pelajari di sini.



No comments: