July 11, 2007

Heidelberg dan Ketulusan seorang Kawan



Sejak pertengahan Juni lalu, anak-anakku libur sekolah, lumayan panjang liburannya, mereka baru akan masuk lagi pada awal Agustus nanti. Kalau tinggal di Indonesia, mungkin masa liburan ini tidak terlalu terasa membosankan bagi anak-anak, karena mereka bisa bermain dengan banyak kawan-kawannya, atau berenang bersama.

Liburan panjang di sini masalahnya menjadi lain, anak-anak lebih banyak tinggal di rumah, apalagi musim panas kali ini tidak seperti biasanya, udara tetep dingin, hujan pun turun hampir setiap hari, bikin malas keluar rumah! Tapi aku perlu memikirkan agenda supaya mereka tidak bosan tinggal di rumah. Kota Heidelberg menjadi salah satu pilihan kami untuk jalan-jalan pekan ini…

Kami beruntung punya kawan yang buaaik banget di Heidelberg, Mas Ken dan Teh Liza, dengan putri tunggalnya yang mungil, Nesa; di rumahnya kami sekeluarga menginap; meski di rumah tinggalnya hanya ada dua ruangan, buat tidur dan ruang utama, tapi kelapangan hati Mas Ken dan Teh Liza membuat suasana terasa begitu hangat; saat itu, bahkan bukan hanya kami berlima yang menjadi tamunya, plus dua anak yang “dititipkan” oleh dua kawan mereka berdua; jadi praktis ada sepuluh jiwa di rumah yang kayaknya tidak lebih dari 60 meter persegi itu. Sungguh sebuah ketulusan yang patut ditiru!

Seolah tahu kesukaan kami, Teh Liza dan Mas Ken menyambut kedatangan kami dengan masakan Bakso ramuan sendiri, karuan saja kami semangat melahapnya, maklum waktu di Indo biasa langganan Bakso Pak Kumis atau Bakso Atom di Ciputat, itung-itung obat kangen lah... Mas Ken memang pandai memasak, selain ngegiling Bakso, saat itu Mas Ken juga sedang membuat tempe dari kacang kedele, wah…nggak kebayang deh kita mah!

Heidelberg sungguh kota yang cantik! Schloss Heidelberg dengan Königstuhl, Molkenkur, dan Kastilnya yang tampak biasa-biasa saja pada siang hari, berubah berkelip dan bersinar menjelang sore dan malam hari; keindahannya semakin sempurna saat memandang Schloss dari kejauhan yang berpadu dengan kelap-kelipnya bangunan lain serta pantulan cahaya di sungai yang memanjang sepanjang kota. Beruntung Mas Ken dengan tulus mengantar kami jalan-jalan memutar Alte Brücke di malam hari…

Sayangnya, waktu kami terlalu terbatas, tidak cukup untuk mengunjungi semua tempat menarik, salah satunya adalah Schloss Schwetzingen, tempat dimana terletak Masjid yang konon begitu indah di dalamnya. Ah, mungkin ini bisa jadi alasan untuk berkunjung lagi ke Heidelberg yang ternyata membuat kangen itu...

Rasanya, keindahan Heidelberg hanya bisa ditandingi oleh Salzburg, kotanya Mozart, sang legendaries musik klasik, di Austria. Sayang, kami sekeluarga baru sempat berkunjung ke Salzburg di siang hari, mungkin lain kali perlu jalan-jalan lagi.

Makasih Mas Ken dan Teh Liza, semoga ‘jamuan’ kemaren menjadi amal baik buat anda sekeluarga….amin.

No comments: