April 20, 2007

Pegunungan Alpen Yang Tak Terlupakan...


Pengalaman aku dan keluarga naek ke puncak Pegunungan Alpen sungguh tak akan terlupakan! Rasanya kami sudah dekat berada di atap langit nan biru, putih salju terhampar sejauh mata memandang, puluhan bukit dan gunung seperti ‘tunduk’ berada di bawah kaki-kaki kami.

Ini semua berkat Kang Ahya, kawan di München yang menjamu kami selama 5 hari mengisi liburan anak-anak, dan menunjukkan beberapa objek menarik yang patut dikunjungi, terima kasih, Kang!

Dua puluh satu tahun yang lalu (1986), aku juga pernah naik ke puncak gunung, ya, Gunung Galunggung di Tasikmalaya, bahkan dua kali aku turun ke dasar puncak Gunung yang meletus empat tahun sebelumnya itu. Saat itu aku adalah komandan Pramuka di Madrasah Aliyah (MAN) Cipasung, atau istilahnya, Pradana, juga pengalaman yang tidak pernah terlupakan.


Tapi, Gunung Galunggung dan Pegunungan Alpen tentu berbeda, terutama pemandangan di sekitarnya. Pun untuk sampai ke puncak tertingginya, Zugspitse, yang merupakan puncak gunung tertinggi di Jerman (hampir 3000 km), kita difasilitasi menaiki kereta bergerigi (karena rodanya harus kuat mencengkram jalan yang dilalui) dan kereta gantung.

Saat berada di atas kereta gantung kecil yang hanya muat beberapa puluh penumpang itulah kami hanya bias pasrah kepada Yang Kuasa; jika sesuatu terjadi dengan tali-tali yang dibuat oleh manusia itu, hampir bisa dipastikan maut akan menjemput semua penumpangnya, wallahu a’lam.

Selain ke Garmisch dan Zugspitze, pada hari yang lain kami juga mengunjungi beberapa tempat menarik di kota München. Salah satunya adalah Deutsches Museum yang sangat besar dan terkenal itu. Bukan hanya di München, hampir semua museum di Jerman rasanya tidak pernah membosankan, semuanya terorganisasi dengan baik, jauh dari kesan kusam, serem, atau membosankan. Jujur aku akui, Negara ini pandai memelihara khazanah budayanya, dan mengorganisasinya menjadi komoditi yang bisa ‘dijual’.

Anak-anakku begitu menyukai Deutsches Museum di München! Saking lamanya ‘bermain-main’ di sini, hari itu kami sampai tidak sempat mengunjungi objek lainnya. Sejak saat itulah, ketika kami kembali ke Bonn, kami menyempatkan mengunjungi beberapa museum yang banyak tersebar di Kota ini. Entahlah kalau sudah kembali ke Jakarta, apa anak-anak juga akan suka mengunjungi museum di sana? Lagi-lagi, wallahu a’lam.


No comments: