August 18, 2007

Percaya Dulu, Urusan Belakangan...

Waktu di Jakarta, aku lumayan sering mendengar Kak Edi, panggilan akrab untuk Prof. Azyumardi Azra, bilang bahwa dalam pola kehidupan sehari-hari, masyarakat kita lebih sering berangkat dari anggapan bahwa seseorang itu tidak jujur, sehingga mereka sering harus selalu waspada jangan sampai 'dikadalin' orang.

Penjual, misalnya, jangan mudah percaya kalau ada pembeli yang belakangan mengembalikan barang yang sudah dibelinya, karena alasan tidak berfungsi maksimal, atau sedikit cacat. Bisa jadi pembeli itu 'ngakalin' karena pengen ganti barang baru, padahal cacatnya bukan karena bawaan sewaktu dibeli.

Kini, semenjak aku menjadi bagian dari masyarakat di Bonn khususnya, dan Jerman pada umumnya, saya merasa bahwa masyarakat di sini lebih sering berangkat dari anggapan bahwa seseorang itu baik, jujur, dan tidak suka 'ngadalin'.

Pernah misalnya...aku membeli dua buah City Roller di Real buat Fadli dan Alif; setelah 10 hari dipake, baut salah satunya lepas entah dimana. Aku tahu ini bukan murni kesalahan pihak penjual, karena harusnya aku juga ngecek baut-baut itu. Lalu, mumpung belum lewat 14 hari, aku memutuskan menukarnya kembali ke Real. Dan, tanpa 'ba bi bu', aku langsung mendapatkan uangku kembali.

Bandingkan misalnya ketika sebelum berangkat ke Jerman, aku membeli sebuah Kamera SLR (Single Lense Reflex) Canon EOS 350D di Mangga Dua, dengan garansi 2 tahun. Saat dipake di Jerman, setiap aku shot gambar, ada goresan tipis membentang di bagian dalam kaca Kamera, yang aku yakin sudah ada sebelumnya.

Dan saat kembali ke Jakarta dua bulan kemudian, aku pun komplain ke penjual. Apa yang terjadi? dia bilang mungkin itu akibat keteledoranku, how come...?! aku pun diminta membayar biaya tambahan jika ingin Kamera itu diganti dengan yang lain. Dan seperti biasa, sebagai konsumen, di Indonesia kita lebih sering dibuat tidak berdaya oleh penjual...

Contoh lain, setelah kami sekeluarga cek kesehatan di dokter Gigi di Siegburg, seperti biasa aku mengirimkan tagihan yang aku terima dari sang dokter, yang kebetulan Wong Surabaya, ke pihak asuransi untuk mendapat penggantian biaya. Nah, beberapa waktu kemudian aku mendapat pemberitahuan dari Asuransi bahwa penggantian biaya medis tersebut semuanya sudah ditransfer ke rekeningku, sementara aku ternyata lupa belum membayarnya ke dokter itu, meski memang tenggat waktunya masih ada 10 hari...karena merasa malu dan menyesal (meski pihak Asuransi pasti tidak tahu), aku pun segera transfer ke Sang dokter.

Jadi, coba pilih, apakah lebih baik 'menganggap bahwa pada dasarnya orang lain itu tidak jujur', sehingga kita harus waspada, atau mendingan 'menganggap bahwa pada dasarnya orang lain itu baik dan jujur', dan biarkan hukum alam menyeleksinya?



No comments: