Azan Zuhur terdengar bergema di setiap sudut Masjidil Haram, sesaat setelah aku dan Ida menyelesaikan putaran terakhir Sa'i di Bukit Marwah. Lega rasanya bisa berada di dekat Baitullah, membisikkan semua hasrat dalam hati kepada-Nya, memenuhi seruan-Nya untuk bersujud di samping makam Ibrahim as, dan melepas dahaga dengan seteguk air zamzam. Ya, hari itu, Sabtu 15 Desember 2007/6 Zulhijjah 1428, kami berdua baru saja menyelesaikan Umrah pertama yang menjadi salah satu rukun haji Tamattu'.
Ah, kini aku tahu di mana lokasi yang nyaman dan memungkinkan untuk tawaf atau sai bersama anak-anak esok hari; pertama kali aku akan ajak mereka mengelilingi Kabah di lantai paling atas Masjidil Haram. Selain tidak berdesak-desakan, dari tempat ini mereka juga bisa melihat pemandangan menarik bagaimana jutaan orang menyemut melaksanakan tawaf di sekeliling Kabah. Dengan begitu, semoga anak-anak tidak cepat bosan dengan aktivitasnya. Yaah, namanya anak-anak, ibadah pun harus dibungkus dengan hiburan, apalagi mereka kan belum akil balig!
Selepas shalat zuhur pertama di Masjidil Haram itu, aku dan Ida pun menuju Masfalah, tempat penginapan Mas Yus, di mana anak-anak dititipkan. Selalu tidak mudah mencari lokasi di tempat baru yang masih asing. Meski sudah mencoba mengikuti petunjuk dari Mas Yus, plus bertanya ke petugas keamanan di jalanan, nyatanya kami berdua malah mengambil jalur memutar yang tidak lazim karena harus jalan kaki melewati terowongan. Sudah letih rasanya kaki ini, ketika kami tiba di depan sebuah warung bertuliskan Bakso Mang Udin! Wah, ini dia Bakso yang terkenal itu, pikirku, kami bisa mencicipinya sambil bertanya alamat pemondokan Mas Yus yang belum juga ketemu itu.
Begitulah, ternyata Masfalah 8 itu persis terletak di seberang Warung Mang Udin ini. Cuma, ternyata pula belakangan aku baru tahu bahwa Bakso Mang Udin yang satu ini bukan yang tersohor ceritanya itu, karena 'yang asli' adanya di samping Masjidil Haram dengan nama Bakso Mang Oedin..., beda “U” dengan “Oe”, ah!
No comments:
Post a Comment