Bismillah! Selama di Cairo, kami berusaha lebih memantapkan dan meluruskan niat ibadah haji serta bertawakkal kepada-Nya semata. Terus terang hingga saat kami berangkat menuju Jeddah, hatiku masih dipenuhi rasa was-was, apakah nanti aku bisa menunaikan ibadah haji dengan baik sambil membawa dan menjaga istri dan ketiga anak-anakku?
Beberapa kali aku kontak Pak Nursamad, Kepala Konsulat Haji di Jeddah yang mengundang kami, untuk memastikan bahwa dia sudah membantu memperhitungkan hal-hal teknis berkaitan dengan kedatanganku beserta istri dan tiga anak kecil…
Sayang sekali aku tidak pernah menerima balasan dari Pak Nursamad, aku berfikir mungkin ia terlalu sibuk mengurus persiapan haji tahun ini yang dibayang-bayangi 'kasus kelaparan' jamaah haji tahun lalu. Untungnya kawan-kawan di Cairo yang umumnya sudah berpengalaman menunaikan ibadah haji memberikan sugesti yang sangat positif. “Gak usah khawatir, Kang!” begitu Aang Anshari, Mawhiburrahman, dan Pak Amin Samad meyakinkan, “Jamaah haji sudah umum kok yang membawa anak kecil, pasti nanti ada jalan kemudahan”, semogalah, pikirku.
Kekhawatiran dan rasa was-wasku sebetulnya bukan tanpa alasan, karena nyatanya persiapan dan prakondisi kami untuk menunaikan ibadah haji ini memang sangat terbatas, mengingat serba mepetnya kepastian keberangkatan ini seperti yang telah aku ceritakan. Tapi, segera aku luruskan niat ini, dan semuanya terasa menjadi lebih ringan!
Kalau jamaah haji umumnya sudah berlatih cara memakai baju ihram sebelum berangkat misalnya, kami berlima bahkan belum punya baju ihram sampai tiba di Cairo. Sehari sebelum berangkat ke Jeddah, barulah kami berbelanja berbagai perlengkapan haji di Cairo: baju ihram, sandal jepit, ikat pinggang, dan lain-lain…Dan, baru pada malam keberangkatan ke Jeddah itulah untuk pertama kalinya kami praktik mengenakan baju ihram, tentu agak kaku dan kikuk rasanya…tapi, segera aku luruskan niat ini, dan semuanya terasa menjadi lebih baik!
Nyatanya, banyak kemudahan tak terduga yang kami jumpai! Meski berangkat dari Jerman tanpa iringan keluarga, hanya ada Adam dan Widiyanto, dua mahasiswa Indonesia di Bonn yang melepas kepergian kami, tapi di Cairo tak dinyana kami bak bertemu dengan sanak keluarga di kampung. Selain bertemu dengan Aang Anshari, Katib Syuriah PCINU Mesir, yang ternyata adalah saudara sepupuku dari Kuningan, dan banyak membantu segala persiapan kami menjelang ibadah haji, kami juga jadi berbesar hati karena keluarga alumni Cipasung, yang dikoordinir A. Maher Saleh, begitu hangat menyambut kami. Belum lagi Pak Muhlashon dari Atdikbud KBRI yang memfasilitasi kami selama tinggal di Cairo, keluarga Pak Amin Samad yang sedemikian hangat bak ketemu dengan sahabat lama, Mawhiburrahman, santri Sukabumi yang jadi contact person pertamaku di Cairo, dan dengan setia menemani kami selama di Cairo, Oyi yang tak kenal lelah berada di belakang kemudi, Maria yang berkenan menyempatkan waktunya untuk menemani istriku meski lagi siap-siap ujian, dan tentunya tak lupa kawan-kawan mahasiswa Pengurus Wisma Nusantara yang ramah-ramah. Ah, pokoknya “di tengah kesulitan selalu ada kemudahan”. Aku pun segera lebih meluruskan niat, dan semuanya terasa semakin menjadi lebih ringan!
Malam semakin larut, malam itu kami dijadwalkan take off Cairo-Jeddah menggunakan pesawat Egypt Air jam 24.00. Ah, suasana di Bandara agak semrawut, aku dipingpong dari satu counter ke counter lain saat check-in, pesawatnya katanya akan delay 2 jam! Serba tidak jelas informasinya, apalagi aku tidak terlalu faham bahasa Arab pasaran. Untunglah, di tengah kesulitan itupun kami bertemu Taufal, mahasiswa Indonesia di Cairo yang juga hendak menunaikan ibadah haji dengan menggunakan pesawat yang sama. Ia pun dengan baik hati menemani kami wara wiri hingga beres naik pesawat. Terima kasih Taufal, terima kasih Ya Allah.
Ah, mungkin ini semua hikmah dari meluruskan niat! Ya, pada saat-saat seperti ini Dia terasa begitu dekat, aku pun segera semakin meluruskan niat, terutama saat pesawat memasuki batas miqat, niat semata memenuhi panggilan-Nya, niat semata "bersilaturahmi" dengan-Nya. Kami pun mengucapkan niat ihram untuk haji tamattu’: “labbayka allahumma ‘umratan”, ya Allah kami sekeluarga memenuhi panggilanmu untuk berumrah…
No comments:
Post a Comment