ASAFAS, Kyoto University |
Luapan emosi semacam itu biasanya semakin menjadi-jadi saat saya memulai menulis paragraf pertama, bersambung ke paragraf kedua, ketiga, dan seterusnya. Alur ide dalam kepala sering melintas lebih cepat ketimbang sepuluh (kadang menggunakan ‘sebelas’) jari yang menari-nari di atas papan tombol (keyboard) komputer, sehingga saya seirngkali memanfaatkan aplikasi tertentu untuk menyimpan ide-ide yang berseliweran. Ini penting, biar gak lupa saat dibutuhkan.