Foto: Landungsbrücken
Di penghujung liburan sekolah anak-anak, bersyukur aku dan keluarga masih dapat menikmati indahnya Hamburg, Kota terbesar kedua setelah Berlin. Ini berkat Kang Ahya yang merekomendasikan kami bersilaturahmi ke Keluarga Mas Prio dan Mbak Ninoek di Kota Pelabuhan itu.
Dibanding kota-kota lain di Jerman yang pernah kami kunjungi, Hamburg kayaknya punya kesan unik tersendiri. Kota ini tampak sangat metropolis berkat Pelabuhan tuanya yang sangat terkenal, Landungsbruecken. Di Kota ini pula untuk pertama kalinya kami ketemu Toko dan Restoran Indonesia, “Cita Rasa”, yang memang katanya cuma satu-satunya di Jerman. Hamburg juga punya Doner unik yang belum pernah kami temukan di kota-kota lain di Jerman.
Kami mengawali perjalanan hari pertama di jantung Kota tempat berdirinya gedung Rathaus, tentunya setelah istirahat sejenak di rumah kawan baru kami, Mas Prio dan Mbak Ninoek.
Setiap memandang gedung-gedung tua di kota-kota di Jerman, aku sering termenung, betapa Negeri ini pandai merawat dan merajut sejarahnya. Rathaus yang tampak megah ini konon pertama kali dibangun pada 1189. Pernah hancur pada 1842, Rathaus Hamburg mengalami restorasi pada 1886, dan akhirnya diresmikan pada 1887.
Seperti biasa kalau lagi berkunjung ke sebuah kota, sore itu kami ingin sekali menunggu saat matahari terbenam, sehingga bisa menikmati kelap-kelipnya lampu Rathaus, plus shot foto sunset di Alster. Sayangnya, hujan kembali turun, kami pun terpaksa pulang tergesa-gesa.
Kekecewaan di hari pertama sungguh tergantikan keesokan harinya, karena cuaca begitu cerah, dan Mas Prio, yang ternyata seorang fotografer handal ini, dengan sangat telaten menunjukkan lokasi-lokasi mana saja yang patut dikunjungi dan indah untuk berfoto.
Landungsbruecken adalah tujuan kami berikutnya. Dermaga ini menghubungkan para pengunjung ke kota-kota lainnya seperti Finkenwerder, Oevelgoenne, dan Blankenesse menggunakan kapal Feri yang tiketnya menyatu dengan tiket Bus, U-Bahn, dan S-Bahn, suatu kemudahan yang baru di Kota ini kami menjumpainya.
Selesai wisata dengan Feri, kami mengunjungi Miniatur Wunderland, sebuah objek wisata yang menghadirkan “the largest model railway in the world”. Tentu saja anak-anak kami begitu antusias, maklum selama di Jerman ini, salah satu ‘hobi’ mereka, khususnya Jiddane, adalah melihat kereta api lewat, dan tentu saja menaikinya.
Akhirnya, prejalanan hari kedua berakhir seiring dengan terbenamnya matahari di Pelabuhan Elbe, sungguh pemandangan yang sangat indah, boleh lihat sebagian foto-foto Sunset ini di Album Flickr sebelah.
Hari terakhir adalah milik anak-anak, khususnya Fadli dan Alif. Mereka sangat menikmati beberapa jenis permainan, seperti Bom-Bom Car dan pesiar di “rumah hantu” di Arena Hamburger Dom, sebuah Festival terbesar Jerman Utara, yang setiap tahun diadakan pada April, Agustus, dan November.
Sebelum itu, kami juga sempat menikmati “Planten und Blumen”, sebuah lapangan luas yang sangat cocok sebagai tempat wisata keluarga. Rasanya baru di sini kami menjumpai Spielplatz besar dengan permainan basah-basahan yang sangat menggoda anak-anak. Sayangnya, sore itu kami sudah harus kembali ke Bonn, jadi anak-anak gak bisa menikmati permainan yang disediakan.
Akhirnya, sesaat sebelum naik kereta ICE ke Bonn, kami mencicipi Doner khas Hamburg yang lain daripada yang lain. Aku gak perlu cerita ramuannya deh (karena memang gak ngerti), yang jelas kalau di tempat lain satu potong Doner pun gak pernah habis kami makan (bukan karena gedenya, tapi kurang cocok rasanya), di Hamburg anak-anakku sanggup menghabiskan satu porsi masing-masing. Ah, apa karena mereka kelaparan yah? Mungkin juga dua-duanya. Tapi, sungguh deh, Doner Hamburg memang beda…..!
Mas Prio, Mbak Ninoek, dan ananda Alisha, makasih yah atas kemurahan hatinya menampung kami berlima, semoga suatu saat kami bisa membalas kebaikannya.
No comments:
Post a Comment